JAKARTA, HALUAN — UPTD Anjungan Sumbar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, bekerja sama dengan Masyarakat Peduli Pariwisata Sumatera Barat (Mappas) dan Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Alam Minangkabau (BK3AM) Jakarta Raya, akan menggelar festival randang bertajuk Festival Masakan Minang.
Ketua UPTD Anjungan Sumatera Barat, Yusman Yusbar yang dihubungi di kantornya pekan ini, menyebutkan Festival Masakan Khas Minang itu sebenarnya sudah merupakan agenda rutin yang digelar di Anjungan Sumbar di TMII. Namun untuk kali ini, pihaknya akan lebih fokus tentang Randang Padang yang sudah menjadi masakan terlezat di dunia versi CNN.
“Saatnya kita menyemarakkan masakan Randang Padang itu sehingga bisa menimbulkan kebanggaan bagi warga Minang di Ranah maupun di perantauan,” kata Yusman menegaskan. Menurutnya, pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar juga akan menggelar acara festival randang di Padang.
Nyonya Gubernur Sumbar, Nevi Irwan yang dilapori oleh Yusman dua pekan silam, menyambut baik festival masakan Minang dengan menu utama rendang.
“Beliau berjanji akan membuka festival yang akan diadakan tanggal 25 Desember 2011 itu,” ujar Yusman.
Festival ini akan memperebutkan hadiah total Rp20 juta rupiah dan diharapkan bisa didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif karena randang termasuk salah satu wisata kuliner yang dicari dari Sumatera Barat.
Di samping hadiah uang tunai, pihak panitia juga menyediakan tropi bagi peserta, antara lain dari Gubernur Sumbar.
Diskusi Panel
Pada acara Festival Masakan Minang tersebut, (Mappas) yang ikut mendukung acara ini, akan menggelar diskusi panel di Anjungan TMII tentang Randang Padang tersebut.
Dua ahli masakan Indonesia, Wiliam Wongso yang mempromosikan Randang Padang ke dunia Internasional dan Bondan Winarno yang pernah lama di Padang, akan diupayakan untuk hadir memberikan pengalamannya tentang randing. Acara ini diharapkan akan dipandu langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Barat Burhasman Bur.
“Kami ingin lebih mempopulerkan rendang sebagai masakan terlezat di dunia ini di mata masyarakat Indonesia dan dunia, sehingga orang paham bahwa yang namanya randing itu, ahlinya dari Sumatera Barat,” kata Ketua Umum Mappas, Nur’aini B. Prapdanu.
Ujung Tombak Pariwisata
Lebih jauh, Yusman Yusbar yang pernah menjadi Kepala Kantor Penghubung Pemda Sumatera Barat itu menyebutkan, UPTD Anjungan Sumatra Barat di Taman Mini merupakan salah satu ujung tombak dalam empromosikan pariwisata Ranah Minang kepada pengunjung Taman Mini, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan asing.
Di depan rumah Gadang ini juga ada dua rangkiang, Si Bayau-bayau dan Sitinjau Laut yang berdiri megah. Dalam waktu dekat, Pemkoa Bukittinggi dan Kota Pariaman juga berencana akan membangun replika Jam Gadang dan Tabuik Piaman.
Dengan gayanya yang unik di antara anjungan daerah lainnya di TMII, membuat setiap tamu asing yang datang ke Taman Mini, hampir tidak pernah tidak singgah di Anjungan Sumbar. Malah tamu-tamu negara pun selalu berkunjung ke Anjungan Sumbar.
Yusman menambahkan, karena tingginya jumlah kunjungan ke Anjungan Sumbar, makaUPTD tidak lagi bekerja 5 hari seminggu, tetapi malah 6 hari seminggu.
Karyawan UPTD hanya libur pada hari Senin, mengikuti waktu liburnya TMII.
Kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Yusman pernah mengusulkan agar ada insentif khusus bagi UPTD Sumbar yang harus bekerja 6 hari seminggu tersebut.
Apakah usulan itu sudah terealisasi, Yusman tidak pula menyebutkan.
Selain favorit bagi tamu asing dan mancanegara, Anjungan TMII juga sudah menjadi pilihan bagi masyarakat Minang untuk menggelar berbagai acara.
Di samping menggelar acara silaturahim dengan berbagai atraksi budaya, kegiatan-kegiatan pelestarian budaya Minang seperti nyanyi, pencak silat, dan diskusi-diskusi masalah kebudayaan juga sudah sering dilakukan di tempat ini. LSM Mappas pun akan menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) pertamanya pada 29 Oktober mendatang di lokasi ini.
Malah, pada halal bihalal lalu, panggung utama, balairung dan ruang pertemuan UPTD ini juga dipakai oleh tiga organisasi Minang pada waktu bersamaan.
“Tempat ini nyaris tak pernah lengang dari berbagai kegiatan. Tiap bulan juga sudah dilampilkan atraksi kesenian dan budaya masing-masing kota dan kabupaten di Sumatera Barat,” tambah Yusman. (h/syaf al)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar