Penanggulangan Bencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) dan Sekjen PBB Ban Ki-moon berdiri berdampingan pada acara penganugerahan Penghargaan "Global Champion for Disaster Risk Reduction" di gedung Bali International Convention Centre (BICC), Nusa Dua, Bali, Sabtu (19/11). PBB memberikan penghargaan tersebut kepada Presiden Yudhoyono atas keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan bencana, serta menerapkannya dalam kebijakan nasional yang efektif. (FOTO ANTARA/Widodo S Jusuf)
...Tanpa kesehatan, anda tidak bisa melakukan apapun...
Jika keluarganya sehat, maka komunitasnya sehat. Jika komunitas itu sehat, maka bangsanya sehat; jika bangsanya sehat maka dunia akan sehat. Begitu kira-kira pemikiran sederhana tentang hal ini, sehingga dia menyempatkan diri melihat secara langsung satu Puskesmas di Bali di sela kehadirannya di KTT Keenam ASEAN-PBB.
"Sangat penting bagi pemerintah dan pengusaha di kawasan ini untuk berinvestasi dalam komunitas, termasuk kesehatan ibu dan anak, karena kalau ibu dan anak sehat, masyarakat, bangsa, dan dunia juga sehat," katanya kepada ANTARA di sela-sela KTT ke-19 ASEAN dan KTT terkait di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, berinvestasi di bidang kesehatan ibu dan anak bahkan menjadi fondasi bagi "apa saja", termasuk perdamaian dan keamanan, pembangunan, dan perlindungan hak azasi manusia.
"Tanpa kesehatan, anda tidak bisa melakukan apapun," kata orang nomor satu PBB menggantikan Kofi Annan sejak 2007 itu.
Ban Ki-moon mengatakan, upaya bersama pemerintah dan pengusaha memperbaiki mutu kesehatan ibu dan anak itu antara lain bisa difokuskan pada penyediaan nutrisi yang baik bagi ibu hamil dalam 100 hari pertama masa kehamilan hingga melahirkan yang kedua kalinya.
"Ini akan sangat menentukan kondisi kesehatan ibu sepanjang hidupnya. Ini yang disebut dengan siklus nutrisi yang turut menentukan kesehatan anak yang dilahirkan," kata mantan Menlu Korea Selatan kelahiran Eumseong, desa pertanian kecil di Chungcheong Utara, 13 Juni 1944 itu.
Karenanya, program kunjungannya ke sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia, dalam beberapa hari terakhir ini juga menekankan pada masalah kesehatan anak dan ibu melahirkan, katanya.
MDGs
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan, berinvestasi di bidang kesehatan ibu dan anak bahkan menjadi fondasi bagi "apa saja", termasuk perdamaian dan keamanan, pembangunan, dan perlindungan hak azasi manusia.
"Tanpa kesehatan, anda tidak bisa melakukan apapun," kata orang nomor satu PBB menggantikan Kofi Annan sejak 2007 itu.
Ban Ki-moon mengatakan, upaya bersama pemerintah dan pengusaha memperbaiki mutu kesehatan ibu dan anak itu antara lain bisa difokuskan pada penyediaan nutrisi yang baik bagi ibu hamil dalam 100 hari pertama masa kehamilan hingga melahirkan yang kedua kalinya.
"Ini akan sangat menentukan kondisi kesehatan ibu sepanjang hidupnya. Ini yang disebut dengan siklus nutrisi yang turut menentukan kesehatan anak yang dilahirkan," kata mantan Menlu Korea Selatan kelahiran Eumseong, desa pertanian kecil di Chungcheong Utara, 13 Juni 1944 itu.
Karenanya, program kunjungannya ke sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia, dalam beberapa hari terakhir ini juga menekankan pada masalah kesehatan anak dan ibu melahirkan, katanya.
MDGs
Dalam bagian lain penjelasannya, ia juga menyampaikan penilaiannya tentang pencapaian delapan poin Sasaran Pembangunan Milenium (MDGs) Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Ban Ki-moon mengatakan, ASEAN sudah berhasil membuat kemajuan yang berarti dalam upayanya mencapai target-target itu.
"Semua negara anggota ASEAN sudah berada di jalur yang benar dalam upayanya mencapai target MDGs," katanya.
Indonesia, misalnya, berhasil mencapai target pengurangan separuh angka kemiskinan rakyatnya dan membuat kemajuan berarti dalam upaya mencapai target pendidikan untuk semua serta kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan.
"Namun Indonesia perlu fokus pada penanggulangan HIV/AIDS di beberapa tempat," kata Ban Ki-moon.
Sebelumnya, dalam Pernyataan Ketua KTT ke-19 ASEAN, para pemimpin organisasi regional beranggotakan 10 negara ini telah menyampaikan kekhawatiran tentang sulitnya mencapai delapan target MDGs itu secara penuh pada 2015 akibat krisis ekonomi dan keuangan global saat ini.
Menanggapi pernyataan para pemimpin ASEAN ini, Ban Ki-moon mengimbau para pemimpin Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam agar "mempercepat pelaksanaan komitmen dan kemajuan yang sudah dicapai".
"Kita perlu kepemimpinan politik yang kuat dan saya yakin MDGs bisa dicapai," katanya.
MDGs yang tertuang dalam Deklarasi Milenium PBB tahun 2000 itu mendorong ratusan negara di seluruh pelosok dunia agar berupaya keras memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Selama mengikuti rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT ke-enam Asia Timur, Sekjen PBB Ban Ki-moon sempat menyampaikan pidato di hari terakhir KTT Bisnis dan Investasi ASEAN, Jumat (18/11).
Dalam pidatonya ia juga mendorong para pemimpin bisnis untuk bermitra dengan PBB dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi masa depan dunia yang lebih baik.
KTT ke-enam Asia Timur yang berakhir Sabtu diikuti para pemimpin Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar, Vietnam, China, Australia, Jepang, Korea Selatan, India, Selandia Baru, Rusia dan Amerika Serikat. (*)(ANT)
Ban Ki-moon mengatakan, ASEAN sudah berhasil membuat kemajuan yang berarti dalam upayanya mencapai target-target itu.
"Semua negara anggota ASEAN sudah berada di jalur yang benar dalam upayanya mencapai target MDGs," katanya.
Indonesia, misalnya, berhasil mencapai target pengurangan separuh angka kemiskinan rakyatnya dan membuat kemajuan berarti dalam upaya mencapai target pendidikan untuk semua serta kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan.
"Namun Indonesia perlu fokus pada penanggulangan HIV/AIDS di beberapa tempat," kata Ban Ki-moon.
Sebelumnya, dalam Pernyataan Ketua KTT ke-19 ASEAN, para pemimpin organisasi regional beranggotakan 10 negara ini telah menyampaikan kekhawatiran tentang sulitnya mencapai delapan target MDGs itu secara penuh pada 2015 akibat krisis ekonomi dan keuangan global saat ini.
Menanggapi pernyataan para pemimpin ASEAN ini, Ban Ki-moon mengimbau para pemimpin Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam agar "mempercepat pelaksanaan komitmen dan kemajuan yang sudah dicapai".
"Kita perlu kepemimpinan politik yang kuat dan saya yakin MDGs bisa dicapai," katanya.
MDGs yang tertuang dalam Deklarasi Milenium PBB tahun 2000 itu mendorong ratusan negara di seluruh pelosok dunia agar berupaya keras memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Selama mengikuti rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT ke-enam Asia Timur, Sekjen PBB Ban Ki-moon sempat menyampaikan pidato di hari terakhir KTT Bisnis dan Investasi ASEAN, Jumat (18/11).
Dalam pidatonya ia juga mendorong para pemimpin bisnis untuk bermitra dengan PBB dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi masa depan dunia yang lebih baik.
KTT ke-enam Asia Timur yang berakhir Sabtu diikuti para pemimpin Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar, Vietnam, China, Australia, Jepang, Korea Selatan, India, Selandia Baru, Rusia dan Amerika Serikat. (*)(ANT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar