Kendati suasana Lebaran masih terasa, namun air mata tumpah-ruah di Pasar Padang Panjang. Tak terperi kesedihan menimpa ratusan pedagang, baik yang menggunakan kios maupun lapak-lapak, sebagaimana layaknya sebuah pasar tradisional. “Tak ada lagi yang tersisa Pak. Kios dan semua isinya tak bisa diselamatkan. Bantuan dari kendaraan pemadam kebakaran lambat sekali datangnya. Ketika mobil-mobil pemadam itu datang, semuanya sudah ludes tak terkemas lagi. Habis sudah harapan kami. Di situlah tempat menggantungkan hidup selama ini,” ujar seorang pemilik kios sembako yang menjadi korban kebakaran dahsyat yang melanda Pasar Padang Panjang, Senin (5/9), mengurai peristiwa yang terjadi Minggu (4/9) subuh. Kalau pemilik 118 kios di pasar itu yang musnah dimamah sigulambai, nasib mereka sudah jelas tempat mereka menggantungkan hidup selama ini musnah, maka lain pula yang mendera hampir seratusan pedagang sayur, telor, tahu, tempe, jengkol, petai, kerupuk dan beraneka kebutuhan dapur lainnya. Mereka berdagang hanya menggunakan lapak-lapak. Pedagang kaki lima, orang menyebut. Dalam musibah kali ini ini, lapak mereka tidak terjamah sedikit pun oleh api yang mengamuk di Los F, G, Los Piring dan Lios Ketupat itu, tapi mereka juga tak bisa berdagang lagi. Mata pencaharian yang keuntungannya hanya mampu memenuhi kebutuhan makan sesuap pagi dan sesuap sore, malah ikut porak-poranda. Meja dan lapak-lapak mereka hancur. Remuk tak berbentuk. Dagangan mereka yang hanya ditutupi terpal pun tak jelas lagi bagaimana wujudnya. “Untuk melokalisir api agar tidak meluas, saya melihat petugas senggaja membalik-balikkan lapak-lapak itu. Sayur, tomat, dan lain-lain pun berserakan. Keadaannya kian tak terselamatkan lagi setelah ribuan warga berdatangan menyaksikan api yang sedang mengamuk. Mereka menginjak-injak galas pedagang kecil itu. Binasalah semua,” terang Usman, 21, seorang saksi mata kepada Singgalang sesaat setelah api berhasil dijinakkan. Melihat realitas demikian, salah seorang pemuka masyarakat yang juga Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Padang Panjang, Ustad Albert Nashir, pun turut terenyuh. “Saya tidak menyalahkan petugas dan warga, tapi dalam menangani setiap bencana, seperti kebakaran ini, mestinya semua pihak terlibat tidak menggunakan jurus mabuk. Semua pihak semestinya mematuhi prosedur tetap (protap) yang berlaku,” katanya. Di tengah kesimpangsiuran suasana serta saling tuding, dia meminta semua kalangan untuk saling menahan diri. Musibah ini, ucapnya, menjadi ujian bagi semua pihak di tengah kemenangan menaklukkan hawa nafsu sepanjang Ramadhan 1432 H lalu. Selain ujian, ustad Albert juga meminta jangan saling berprasangka. Kalau pun ada masyarakat yang menganggap aparat pemadam lamban, jadikanlah anggapan itu sebagai cerminan evaluasi. Pemko juga diuji kesabarannya di tengah berhamburannya “komentar miring” terkait dengan musibah kebakaran, rencana pembangunan pasar dan tertunda-tunda rencana pembangunan tersebut sejak lebih dari tiga tahun silam. Pasar Padang Panjang telah mengalami beberapa kali kebakaran hebat. Sebelum peristiwa kemarin, Pada Selasa (10/7/2007) silam, pasar ini juga terbakar terhitung sejak pukul 00.15 WIB. Dalam peristiwa ini, sebanyak 136 petak toko musnah jadi abu. Api berpesta di tengah malam yang dingin itu, ketika pedagang telah tidur di rumah masing-masing. Kebakaran waktu itu, menghanguskan Los J, Los Lepas, Los Antara LJ dan LLB dan beberapa kios di sekitarnya. Sementara yang terbakar kemarin mencakup Los F, Los G, Los Ketupat, dan Los Piring.(*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar